Mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua..
Assalamu'alaykum wr wb
Terlampir adalah foto bulan dari koleksi NASA. Semoga hal itu akan semakin menyempurnakan keyakinan kita terhadap kekuasan Allah (swt) dan kerasulan nabi Muhammad (saw).
Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al 'Ash bin Qail.

Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, "Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua."
Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, "Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?"

Mereka menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, "Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu."

Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, "Ini sihir!" padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama.

Atas peristiwa ini Allah (swt) menurunkan ayat Al Qur'an: " Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir." (QS Al Qomar 54:1-2)
Subhanallah. Subhan ibn Abdullah Laem Chabang, 09/02/2005 . Telah Dekat Kiamat, Bulan Telah Terbelah Allah berfirman: "Sungguh telah dekat hari kiamat, dan bulan pun telah terbelah." (Q.S. Al-Qamar: 1)

Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur'an ini yang menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya. Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof.Dr.Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, " Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah?
Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadits2 Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Dan memang Allah ta'alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!"

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali..."
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar.
Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:"Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna2 Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah..."

Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2 selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.
Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut
bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia."

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?
" Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun."
Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, " Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali! Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!"

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, " Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar.
Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."

Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq (Sabtu, 22 Sya'ban1424H/18-10-2003M)

BERDEBAT DENGAN EVOLUSIONIS

KREASIONIS:
Diskusi ini terus berkembang biarpun ada yang agak sedikit emosional. Saya berusaha untuk tidak emosional dalam menyikapi segala sesuatu. Saya sendiri bukan orang yang bergelut di bidang ilmu Biologi, ketertarikan saya pada ilmu Biologi ketika buku-buku Harun Yahya mulai masuk Indonesia. Dalam hal ini saya berterima kasih pada Harun Yahya yang telah membuat minat baru untuk mempelajari ilmu biologi dan masalah-masalah yang terkait dengannya (teori evolusi Darwinian tidak hanya memasuki kawasan Biologi an sich).

Tampaknya diskusi-diskusi yang membangun, menerima kritikan, masukan, dan terbuka yang merupakan karakteristik ilmu pengetahuan harus terus diadakan. Ada beberapa pertanyaan yang hingga kini masih mengganjal hati saya setelah membaca beberapa buku karya Harun Yahya:

1. Tentang "asal usul kehidupan" yang belum terpecahkan sama sekali hingga hari ini. Menurut para evolusionis apakah hal ini masih memasuki kawasan fisika atau sudah memasuki kawasan metafisika?

2. Tentang "materi yang hidup berasal dari materi yang mati". Melalui penelitian yang panjang, Dr. Louis Pasteur - pakar bakteriologi - menolak anggapan itu dan mengatakan bahwa materi yang hidup berasal dari materi hidup lainnya. Jadi, diantara kedua hasil pemikiran ini manakah yang lebih valid dan kuat? dan jika memang benar bahwa "materi yang hidup berasal dari materi yang mati" bisakah saya diberi contohnya?

EVOLUSIONIS:
Sebetulnya saya kurang paham dengan istilah yang anda maksud sebagai "metafisika", bagaimana anda mengatakan sesuatu itu "metafisik" atau "fisik"

KREASIONIS:
Yang saya maksud dengsn metafisika adalah kekuatan supranatural yang bekerja di dalamnya, tidak dapat diamati oleh indera kita. Jika ada yang bertanya kepada saya, "dari mana asal mula kehidupan"? Jawab saya "Tuhan yang mencipta semuanya itu, entah melalui proses evolusi (jika saja benar) entah melalui jalan "penciptaan khusus". Manusia tidak akan mampu membuktikan bahwa semua ini berasal dari peristiwa kebetulan alias ujug-ujug ada. Tuhan-lah yang meng-ada-kannya. Inilah yang saya maksud dengan fisika dan metafisika. Jadi daripada kita terlalu berlelah-lelah menguaknya lebih baik kita duduk di rumah baca Al Quran dan terjemahannya. Amati saja segala sesuatu yang memang bisa masuk dalam ruang pengamatan kita, yang sudah teruji kebenarannya secara berulang-ulang. Bagaimana menurut saudara? Apakah pendapat saya ini salah?

EVOLUSIONIS:
Sorry jadi panjang, ini sebenarnya diluar topik evolusi. Masalah ini lebih ke arah kepercayaan. Pertanyaan klasik: bagaimana kita bisa mengetahui bahwa "kekuatan supranatural bekerja di dalamnya"? padahal menurut Saudara "tidak dapat diamati oleh indera kita"? Saya kira ini akan jadi obrolan filosofis .. :-)

KREASIONIS:
Setahu saya teori evolusi Darwin itu filsafat bukan sains (kalau salah tolong diluruskan), yakni filsafat deisme.

EVOLUSIONIS:
Saya kira kurang tepat jika anda menanyakan demikian, karena teori evolusi tidak membahas bagaimana, dan darimana asal usul mahluk hidup pertama.

KREASIONIS:
Bagaimana dengan pernyataan-pernyataan Oparin, Bada, Urey dan Miller? Saya kira mereka evolusionis ternyata salah yah atau bagaimana?

Perhatikan perkataan mereka berikut ini:

Bada: “Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi masalah terbesar yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan muncul di muka bumi?” (Jeffrey Bada, Earth, February 1998, p. 40).

Oparin: “Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori evolusi yang utuh.” (Alexander I. Oparin, Origin of Life, (1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), p.196).

Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di Universitas Johannes Gutenberg, menyatakan: “Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler selama lebih dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas asal usul kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka harapkan. Saat ini, semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di bidang ini berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan.” (Klaus Dose, "The Origin of Life: More Questions Than Answers", Interdisciplinary Science Reviews, Vol 13, No. 4, 1988, p. 348).

EVOLUSIONIS:
Tidak salah. Pointnya adalah: walaupun mereka itu evolusionis, tetapi apa yang mereka teliti adalah abiogenesis (bukan bagian teori evolusi). Tidak semua hal yang dilakukan oleh orang yang percaya evolusi (evolusionis) adalah berhubungan dengan evolusi. Mis: Urey suka makan durian, tak bisa semerta merta dikatakan evolusionis suka makan durian.

KREASIONIS:
Kalau begitu ilmuwan seperti Urey berada di madzhab apa? Kalau bisa harus jelas klasifikasinya. Misalkan Prof. Mahmud Ayob mempertentangkan Evolusionis atheis VS evolusionis theis. Saya tahu kalau saudara pasti termasuk yang theis :)

EVOLUSIONIS:
Bisa saja seorang evolusionis percaya bahwa mahluk hidup pertama muncul oleh abiogenesis, sedangkan evolusionis yang lain percaya bahwa mahluk hidup pertama dibuat oleh suatu intelegensi lain. Tetapi yang jelas sebagai sesama evolusionis, mereka sama-sama percaya bahwa mahluk hidup mengalami perubahan evolusi.

KREASIONIS:
Oo Ic, jadi sesama evolusionis memiliki konsep yang berbeda ya tentang makhluk yang pertama kali muncul. Saya kira sama, soalnya yang saya tahu bahwa teori evo itu kepanjangan tangan dari pemikiran Filsafat Yunani SM yg mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, makhluk hidup berasal dari lumpur.

Apa yang saudara maksud dengan intelegensi lain?

EVOLUSIONIS:
Sesuatu yang berintelegensi selain manusia, misalnya: Alien dari mars kalau ada. (konsep Intelligent Design).

KREASIONIS:
Hmm, Teori Panspermia (makhluk hidup berasal dari Alien) yg disodorkan oleh Chandra Wickramasinghe dan Hoyle ini belum teruji kebenarannya. Masih merupakan tanda tanya besar. Jay Melosh, mahaguru ilmu keplanitan di Universitas Arizona mengatakan, "saya kira sel-sel atau bakteria yang mereka temukan itu berasal dari bumi, dan saya tidak yakin bahwa mereka berasal dari luar-bumi."

Kata pakar lainnya, Dr. Norman Sleep, mahaguru geofisika di Universitas Stanford, ada kemungkinan ledakan gunung berapi telah mendorong udara yang mengandung mikroba sampai ke lapisan stratosfir. Bumi ini, kata Dr Sleep, penuh dengan mikroba, dan kalau angin berhembus, mikroba itu bisa saja terbawa arus angin.

Organisme hidup tidak mungkin tiba di bumi melalui meteor, karena saat meteor memasuki lapisan atmosfer akan timbul panas luar biasa; dan saat jatuh di bumi, benturan meteor terlalu keras.

Kalaupun makhluk hidup di bumi memang berasal dari luar angkasa, asal usulnya, tidak mungkin tidak, pastilah melalui kreasi (penciptaan)

EVOLUSIONIS:
Mengenai materi yang hidup berasal dari materi yang hidup dan materi yang mati berasal dari materi yang mati. Hal itu seperti terdengar seperti jika seorang menanyakan: "Newton bilang dua massa akan saling tarik-menarik, tapi insinyur penerbangan bilang, bisa bikin pesawat yang bisa terbang menjauhi bumi, mana yang lebih valid dan kuat?". Lihat perbedaan dua kasus tersebut.

KREASIONIS:
Pesawat tidak bisa terlepas dari hukum gravitasi
Pernyataan 1: dua massa akan saling tarik menarik
pernyataan 2: pesawat yang bisa terbang menjauhi bumi

Pesawat punya masa, bumi punya massa dua-duanya akan saling tarik menarik. Pesawat bisa terbang semakin tinggi karena ada (tambahan) gaya melawan gaya tarik menarik tersebut kalau kita melempar batu ke atas (menjauhi bumi), bisa kan? setelah energi kinetiknya habis, dia akan kembali.

Ketika pesawat sesaat sebelum terbang (take off) maka gaya yang menarik = gaya yang mengangkat gaya yang mengangkat di sini bisa di hasilkan dari engine/mesin pada pesawat terbang dengan sayap, gaya angkat ini di hasilkan oleh efek sayap. Ada faktor kecepatan dari gerak pesawat juga.

Kecepatan gerak pesawat dari mesin atau roket atau lainnya... jika saudara bertanya mana yang lebih valid dan kuat tentang kedua pernyataan ini maka saya akan katakan tidak ada yang terpisah antara satu dengan yang lainnya. Intinya pesawat tidak bisa terlepas dari hukum gravitasi!.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah, mengapa menanyakan sesuatu yang memiliki keterkaitan pernyataan kedua dengan pernyataan kesatu. Setahu saya, yang saya tanyakan adalah mengenai biogenesis dan abiogenesis (yang jelas-jelas tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya!).

DEBAT KEDUA*
Berikut ini debat antara Almarhum Syaikh Muhammad Al Ghazali dengan seorang atheis. Perlu diketahui Syaikh Al Ghazali adalah salah satu pakar hadits, tashawuf, dakwah, mantan pimpinan harakah ikhwanul muslimin Mesir dan ahli tafsir ternama di dunia Internasional serta salah seorang guru dari Dr. Yusuf Al Qaradhawi.

Atheis berkata, “Bila Allah memang Pencipta alam semesta ini maka siapakah yang menciptakan Allah itu?”

Al Ghazali menjawab, “Seolah-olah pertanyaan atau keberatan Anda ini menegaskan bahwa setiap sesuatu itu ada penciptanya”.

Atheis berkata, “Jangan Anda membuat saya bingung. Saya ingin Anda menjawab soal saya!”

Al Ghazali berkata, “Anda tak perlu bingung. Anda berpendapat bahwa alam ini tidak ada penciptanya, atau dengan kata lain bahwa dia ada dengan sendirinya dan tidak butuh kepada Pencipta. Tetapi mengapa Anda menerima pendapat bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya sejak dulu (azali) lalu merasa heran dengan keyakinan orang-orang agama bahwa sesungguhnya Allah, Pencipta alam semesta ini, tidak ada awal penciptaan-Nya? Jadi persoalannya Cuma satu, kenapa Anda hanya membenarkan diri Anda sedang pendapat lainnya Anda tolak? Bila Anda berpendapat bahwa pencipta Tuhan itu tidak ada adalah mitos, maka alam tanpa pencipta juga mitos, sesuai logika yang Anda pakai…!

Atheis itu berkata, “Sesungguhnya kita yang hidup di alam ini merasakan adanya Dia. Kita tidak mampu mengingkarinya!

Al Ghazali berkata, “Lalu siapa yang meminta Anda mengingkari wujudnya alam ini? Ketika kita mengendarai dokar, kapal laut, maupun pesawat yang membawa kita bepergian di atas jalan yang menakutkan, maka pertanyaan kita saat itu bukan tertuju kepada keberadaan dokar itu sendiri, tetapi kita akan bertanya, adakah dia berjalan dengan sendirinya ataukah dia dikendalikan oleh penunggang yang tangkas?! Dari sini saya ingin kembali kepada pertanyaan Anda yang pertama untuk mengatakan bahwa pertanyaan itu sesungguhnya kembali kepada diri Anda sendiri. Anda dan saya ternyata mengakui adanya satu wujud yang berdiri sendiri. Wujud ini mustahil kita ingkari. Anda berpendapat bahwa tidak ada kata awal yang berlaku terhadap materi, dan saya berpendapat demikian pula terhadap Pencipta materi itu. Bila Anda menghina wujud yang tidak memiliki awal itu, maka hinakanlah diri Anda terlebih dahulu sebelum Anda menghina orang-orang beragama.”

Atheis berkata, “Adakah Anda bermaksud mengatakan bahwa hipotesa rasional ini Cuma satu tapi untuk dua hal yang berbeda?”

Al Ghazali menjawab, “Saya sengaja berpanjang-panjang dalam bicara untuk menyingkap kebohongan dan pengakuan kosong yang menjadi keyakinan atheisme. Adapun hipotesa rasional itu jelas berbeda antara orang mukmin dengan orang kafir. Sesungguhnya saya, dan Anda, memandang sebuah istana. Setelah mengamati dengan baik, saya berkesimpulan bahwa istana itu pasti ada pembuatnya. Sementara Anda berkesimpulan bahwa kayu istana itu, besi, batu maupun catnya telah tertata sedemikian rupa pada tempatnya dengan sendirinya. Perbedaan di antara pandangan kita berdua ini adalah bahwa saya melihat satelit berputar di angkasa kemudian Anda berkata, ‘dia terbang dengan sendirinya; tidak ada yang mengaturnya dan mengendalikannya’. Sedang saya berpendapat, satelit itu diterbangkan dan dikendalikan oleh akal yang cerdas dan sifatnya mengatur.”

*Dikutip dari buku “Syaikh Muhammad Al Ghazali yang saya kenal” karya Dr. Yusuf Al Qaradhawi.


Akhir-akhir ini mulai ramai diskusi dan perdebatan antara pro dan kontra teori evolusi. Di Koran-koran terkemuka di Indonesia, seperti Kompas dan Republika juga terjadi perdebatan ini. Beberapa waktu lalu di Institute Teknologi Bandung mengadakan debat yang menghadirkan beberapa ahli yang berkompeten dibidangnya:
1. Dr. Taufikurrahman, Msc (Ketua Dept. Biologi ITB)
2. Dr. Ferry Kawur, Msc (Dosen Pascasarjana Biologi UKSW Salatiga)
3. Dr. Wildan Yatim, Msc (Dosen Pascasarjana Biologi Unpad).
4. Dr. Abdullah Sany, MEng (Dosen Geofisika ITB)
5. Catur Sriherwanto, Msc (Direktur Harun Yahya Internasional untuk perwakilan Indonesia).

Hal ini terjadi karena mulai berdatangannya buku-buku karya Harun Yahya di Indonesia. Tentu saja ini ajang yang baik untuk lebih banyak menggali khazanah ilmu pengetahuan selama tidak saling hina-menghina, ejek-mengejek, dan hal-hal buruk lainnya. Tidak hanya di Indonesia ajang debat ini mulai ramai, tetapi juga di negeri Harun Yahya sendiri, sampai-sampai para pendukung evolusi dengan keji memfitnah organisasinya, yang berdiri dengan nama Science Research Foundation (SRF). Harun Yahya masuk penjara selama bertahun-tahun, tangan dan kakinya di rantai layaknya orang gila, yang sewaktu-waktu akan mengamuk. Mulutnya juga dijejali dengan NARKOBA. Selama berbulan-bulan hal itu terjadi, namun nampaknya hal itu tak menyurutkan langkah ilmiah harun yahya untuk mengkritik teori evolusi dan darwinisme. Dalam salah satu wawancaranya dengan Majalah Tarbawi, beliau mengatakan di dalam penjara telah menyelesaikan beberapa buku dan salah satunya adalah buku mengenai sejarah kehidupan Muhammad SAW yang kelak akan diterbitkannya. Setelah keluar dari penjara, propaganda anti-evolusi yang dilakukannya semakin menghebat dan para pendukungnya semakin banyak.

Para evolusionis kini tidak bisa menganggap enteng para ilmuwan pendukung penciptaan (kreasionis). Para pakar kreasionis terkenal bermunculan di dunia seperti: Prof. Louis Agasiz yang ahli geologi kenamaan, Prof. Michael Behe yang ahli biokimia, beberapa waktu lalu mengusulkan sebuah teori yang sangat mengesankan: “Irreducible Complexity” yang berarti “kompleksitas yang tidak bisa disederhanakan”, Prof. Michael Denton ahli biokimia dari Australia dan penulis buku “Evolution: Theory in crisis” dan “Natural Destiny”, Prof. Henri Schaefer pakar kimia yang meraih 5 kali nominator Nobel Kimia, Prof. Philip Jhonson ahli hukum UCLA, penulis buku “Darwin On Trial” dan anti-evolusi yang paling ‘garang’, Dr. Jonathan Wells ahli biologi molekuler dan penulis buku terkenal “Icon Evolution: Science or Myth?”, Dr. William Dembsky ahli statistika dan Matematika lulusan MIT serta penulis buku “No free lunch” sebagai tanggapan terhadap buku Evolusionis terkenal Prof. Richard Dawkins “Blind Watchmaker” dan masih banyak lagi. Semuanya itu berpadu dalam sebuah gerakan yang dikenal dengan nama Intelligent Design Movement (IDM) sebuah gerakan yang pertama kali dicetuskan oleh seorang teolog dan ahli biologi Dr. William Paley.

Para filosof muslim kontemporer seperti Prof. Seyyed Hossein Nashr dalam bukunya “Evolusi Ruhani”, Prof. Osman Bakar dalam bukunya “Tauhid and Sains”, Imam Badiuz Zaman Sa'id Nursi dari Turki dengan “Risalah An Nur”, Imam Jamaluddin Al Afghani dalam buku "Penyangkalan Atas Materialisme" dan juga Dr. Muzaffar Iqbal pakar kimia dan filsafat Islam asal Pakistan. Mereka semua menolak Teori Evolusi, yang menurut mereka bahwa teori itu berlandaskan pada pandangan dunia materialisme. Mereka sama sekali tidak menolak sains, tetapi yang jelas-jelas ditolak adalah landasan filsafat dari teori itu. Dan hingga kini pun Teori Evolusi banyak memiliki lubang, diantaranya tidak adanya "rantai transisi" pada catatan fosil (gap).

Di bawah ini sebagian dari ilmuwan ternama yang menantang evolusionis:
Henry F.Schaefer: Director, Center for Computational Quantum Chemistry: U. of Georgia
• Fred Sigworth: Prof. of Cellular & Molecular Physiology- Grad. School: Yale U.
• Philip S. Skell: Emeritus Prof. Of Chemistry: NAS member
• Frank Tipler: Prof. of Mathematical Physics: Tulane U.
• Robert Kaita: Plasma Physics Lab: Princeton U.
• Michael Behe: Prof. of Biological Science: Lehigh U.
• Walter Hearn: PhD Biochemistry-U of Illinois
• Tony Mega: Assoc. Prof. of Chemistry: Whitworth College
• Dean Kenyon: Prof. Emeritus of Biology: San Francisco State U.
• Marko Horb: Researcher, Dept. of Biology & Biochemistry: U. of Bath, UK
• Daniel Kubler: Asst. Prof. of Biology: Franciscan U. of Steubenville
• David Keller: Assoc. Prof. of Chemistry: U. of New Mexico
• James Keesling: Prof. of Mathematics: U. of Florida
• Roland F. Hirsch: PhD Analytical Chemistry-U. of Michigan
• Robert Newman: PhD Astrophysics-Cornell U.
• Carl Koval: Prof., Chemistry & Biochemistry: U. of Colorado, Boulder
• Tony Jelsma: Prof. of Biology: Dordt College
• William A.Dembski: PhD Mathematics-U. of Chicago:
• George Lebo: Assoc. Prof. of Astronomy: U. of Florida
• Timothy G. Standish: PhD Environmental Biology-George Mason U.
• James Keener: Prof. of Mathematics & Adjunct of Bioengineering: U. of Utah
• Robert J. Marks: Prof. of Signal & Image Processing: U. of Washington
• Carl Poppe: Senior Fellow: Lawrence Livermore Laboratories
• Siegfried Scherer: Prof. of Microbial Ecology: Technische Universitaet Muenchen
• Gregory Shearer: Internal Medicine, Research: U. of California, Davis
• Joseph Atkinson: PhD Organic Chemistry-M.I.T.: American Chemical Society, member
• Lawrence H. Johnston: Emeritus Prof. of Physics: U. of Idaho
• Scott Minnich: Prof., Dept of Microbiology, Molecular Biology & Biochem: U. of Idaho
• David A. DeWitt: PhD Neuroscience-Case Western U.
• Theodor Liss: PhD Chemistry-M.I.T.
• Braxton Alfred: Emeritus Prof. of Anthropology: U. of British Columbia
• Walter Bradley: Prof. Emeritus of Mechanical Engineering: Texas A & M
• Paul D. Brown: Asst. Prof. of Environmental Studies: Trinity Western U. (Canada)
• Marvin Fritzler: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of Calgary, Medical School
• Theodore Saito: Project Manager: Lawrence Livermore Laboratories
• Muzaffar Iqbal: PhD Chemistry-U. of Saskatchewan: Center for Theology the Natural Sciences
• William S. Pelletier: Emeritus Distinguished Prof. of Chemistry: U. of Georgia, Athens
• Keith Delaplane: Prof. of Entomology: U. of Georgia
• Ken Smith: Prof. of Mathematics: Central Michigan U.
• Clarence Fouche: Prof. of Biology: Virginia Intermont College
• Thomas Milner: Asst. Prof. of Biomedical Engineering: U. of Texas, Austin
• Brian J.Miller: PhD Physics-Duke U.
• Paul Nesselroade: Assoc. Prof. of Psychology: Simpson College
• Donald F.Calbreath: Prof. of Chemistry: Whitworth College
• William P. Purcell: PhD Physical Chemistry-Princeton U.
• Wesley Allen: Prof. of Computational Quantum Chemistry: U. of Georgia
• Jeanne Drisko: Asst. Prof., Kansas Medical Center: U. of Kansas, School of Medicine
• Chris Grace: Assoc. Prof. of Psychology: Biola U.
• Wolfgang Smith: Prof. Emeritus-Mathematics: Oregon State U.
• Rosalind Picard: Assoc. Prof. Computer Science: M.I.T.
• Garrick Little: Senior Scientist, Li-Cor: Li-Cor
• John L. Omdahl: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of New Mexico
• Martin Poenie: Assoc. Prof. of Molecular Cell & Developmental Bio: U. of Texas, Austin
• Russell W.Carlson: Prof. of Biochemistry & Molecular Biology: U. of Georgia
• Hugh Nutley: Prof. Emeritus of Physics & Engineering: Seattle Pacific U.
• David Berlinski: PhD Philosophy-Princeton: Mathematician, Author
• Neil Broom: Assoc. Prof., Chemical & Materials Engineeering: U. of Auckland
• John Bloom: Assoc. Prof., Physics: Biola U.
• James Graham: Professional Geologist, Sr. Program Manager: National Environmental Consulting Firm
• John Baumgardner: Technical Staff, Theoretical Division: Los Alamos National Laboratory
• Fred Skiff: Prof. of Physics: U. of Iowa
• Paul Kuld: Assoc. Prof., Biological Science: Biola U.
• Yongsoon Park: Senior Research Scientist: St. Luke's Hospital, Kansas City
• Moorad Alexanian: Prof. of Physics: U. of North Carolina, Wilmington
• Donald Ewert: Director of Research Administration: Wistar Institute
• Joseph W. Francis: Assoc. Prof. of Biology: Cedarville U.
• Thomas Saleska: Prof. of Biology: Concordia U.
• Ralph W. Seelke: Prof. & Chair of Dept. of Biology & Earth Sciences: U. of Wisconsin, Superior
• James G. Harman: Assoc. Chair, Dept. of Chemistry & Biochemistry: Texas Tech U.
• Lennart Moller: Prof. of Environmental Medicine, Karolinska Institute: U. of Stockholm
• Raymond G. Bohlin: PhD Molecular & Cell Biology-U. of Texas:
• Fazale R. Rana: PhD Chemistry-Ohio U.
• Michael Atchison: Prof. of Biochemistry: U. of Pennsylvania, Vet School
• William S. Harris: Prof. of Basic Medical Sciences: U. of Missouri, Kansas City
• Rebecca W. Keller: Research Prof., Dept. of Chemistry: U. of New Mexico
• Terry Morrison: PhD Chemistry-Syracuse U.
• Robert F. DeHaan: PhD Human Development-U. of Chicago
• Matti Lesola: Prof., Laboratory of Bioprocess Engineering: Helsinki U. of Technology
• Bruce Evans: Assoc. Prof. of Biology: Huntington College
• Jim Gibson: PhD Biology-Loma Linda U.
• David Ness: PhD Anthropology-Temple U.
• Bijan Nemati: Senior Engineer: Jet Propulsion Lab (NASA)
• Edward T. Peltzer: Senior Research Specialist: Monterey Bay Research Institute
• Stan E. Lennard: Clinical Assoc. Prof. of Surgery: U. of Washington
• Rafe Payne: Prof. & Chair, Biola Dept. of Biological Sciences: Biola U.
• Phillip Savage: Prof. of Chemical Engineering: U. of Michigan
• Pattle Pun: Prof. of Biology: Wheaton College
• Jed Macosko: Postdoctoral Researcher-Molecular Biology: U. of California, Berkeley
• Daniel Dix: Assoc. Prof. of Mathematics: U. of South Carolina
• Ed Karlow: Chair, Dept. of Physics: LaSierra U.
• James Harbrecht: Clinical Assoc. Prof.: U. of Kansas Medical Center
• Robert W. Smith: Prof. of Chemistry: U. of Nebraska, Omaha
• Robert DiSilvestro: PhD Biochemistry-Texas A & M U., Professor, Human Nutrition, Ohio State University
• David Prentice: Prof., Dept. of Life Sciences: Indiana State U.
• Walt Stangl: Assoc. Prof. of Mathematics: Biola U.
• Jonathan Wells: PhD Molecular & Cell Biology-U. of California, Berkeley:
• James Tour: Chao Prof. of Chemistry: Rice U.
• Todd Watson: Asst. Prof. of Urban & Community Forestry: Texas A & M U.
• Robert Waltzer: Assoc. Prof. of Biology: Belhaven College
• Vincente Villa: Prof. of Biology: Southwestern U.
• Richard Sternberg: Pstdoctoral Fellow, Invertebrate Biology: Smithsonian Institute
• James Tumlin: Assoc. Prof. of Medicine: Emory U. Charles Thaxton: PhD Physical Chemistry-Iowa State U.

SUPERVOLCANO


Super volcanoes adalah puncak kemusnahan bumi yang paling berbahaya selain hantaman asteroid. Supervolcano bisa meletus dengan kekuatan beribu-ribu kali dari kekuatan gunung berapi biasa. Ia bisa diam beratus-ratus ribu tahun dan mengumpulkan magma yang banyak di dalamnya sehingga meletus dengan dahsyat yang sanggup memusnahkan benua dan mengakibatkan kehancuran sejagat.

Kajian menunujukkan letusan terakhir terjadi lebih kurang 75,000 tahun yang lalu di kawasan Toba, Sumatera. letusannya 10,000 kali lebih kuat dari letusan Mt St Helens dan menghamburkan beribu-ribu km abu ke udara sehingga seluruh dunia menjadi malam berbulan-bulan. Dikatakan letusan hebat ini telah hampir memupuskan manusia dimana jumlah penduduk dunia tinggal dua ribu orang saja. Kajian genetik menunjukkan semua manusia sekarang adalah keturunan dari kelompok manusia yang selamat ini. Kini saintis bimbang Toba akan meletup lagi. Gempa demi gempa di Sumatera sekarang mungkin pencetus atau pertanda Toba kembali aktif.

Yang disebut-sebut melansir isyarat bahaya itu adalah Prof. Ray A.F. Cas, pakar gunung berapi dari Department of Earth Sciences, Monash University, Australia, lewat koran The Australian edisi 1 April silam. Dalam wawancara itu, Prof. Cas mengingatkan adanya hubungan sebab akibat antara gempa tektonik, seperti yang telah meluluhlantakkan Aceh lewat tsunaminya dan Nias, dengan aktivitas magma di perut gunung. ''Gempa itu merangsang deposit magma di perut bumi dan bisa menyebabkan letusan vulkanik,'' kata Prof. Cas.

Pakar dari Melbourne itu juga menyebut Toba sebagai salah satu supervolcano di dunia. Jelas, supervolcano merujuk pada kepundan luas yang akan menyemburkan lava dalam jumlah sangat besar. Letusan supervolcano adalah bencana besar bagi seantero bumi. Jika supervolcano Toba meledak, bencana yang ditimbulkan bisa lebih dari 100 kali letusan Krakatau.

Perihal potensi Toba sebagai supervolcano itu sendiri sudah ada dalam tinjauan Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University. Mengacu ke letusan Toba, 73.000 tahun silam, kedua pakar gunung api itu memperkirakan, bila Toba bangkit murka, hampir seluruh kawasan Sumatera Utara akan tergenang lahar panas setebal 50 meter. Suhu lahar itu 750 derajat celsius. Material padat yang dimuntahkan sebanyak 2.800 kilometer kubik --cukup untuk menimbun Jakarta setinggi 4.500 meter! Studi Rose dan Chesner pada 1991 itu memberikan bumbu-bumbu seram soal bahaya Danau Toba.

Jika Toba meletup, kita semua hampir pasti akan mati. Semua kehidupan 1,000 km sekitar letupan akan mati serta-merta. Kemudian, suhu dunia akan jatuh mendadak kerana sinar matahari akan dihalang oleh abu di angkasa selama berbulan-bulan. Banyak spesies binatang dan tumbuhan musnah akibat perubahan suhu ini. Abu tebal akan meliputi muka bumi sehingga India dan China. Tsunami raksaksa akan menghantam pantai timur Afrika, India, Asia Tenggara dan Australia.

Bencana besar akan terjadi. Musibah dahsyat tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sekitarnya, gempa di Nias dan Mentawai, serta letupan Gunung Tanlang, Solok, Sumatera Barat, disebut-sebut sebagai pertanda bahwa kawah Toba siap menggeliat.

Satu lagi super volcano yang perlu diawasi adalah Yellowstone di Amerika Serikat. Tanda-tanda menunjukkan kawasan ini sudah kembali aktif sejak beberapa tahun lalu. Permukaan bumi kawasan ini sudah mulai menggelembung. Ada kawasan sekitar Yellowstone National Park sudah ditutup sejak 2003 kepada awam kerana suhu permukaan yang terlalu tinggi. Pohon-pohon sudah mati dan hewan liar kelihatan sudah berpindah dari kawasan ini. Di dasar kolam Yellowstone, gelembung tanah setinggi 70m telah muncul. Ikan-ikan di kolam itu mati dan timbul memenuhi permukaan.

Kajian menunjukkan Yellowstone meletus setiap 600,000 tahun sekali. Letusan terakhir adalah 640,000 tahun lalu.
sudah lewat 40,000 tahun

Umur Umat Islam
Ada banyak hadits yang menjelaskan tentang umur umat Islam yang dimuat dalam buku Amin Muhammad Jamaluddin (2002), di antaranya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar, bahwa beliau mendengar Rasulullah saw bersabda:

a. Sesungguhnya masa menetapmu dibandingkan dengan umat-umat sebelummu adalah seperti waktu antara salat ashar sampai terbenamnya matahari.

b. Ahli Taurat (Yahudi) telah diberikan kepada mereka kitab Taurat, kemudian mereka mengamalkan kitab tersebut, sehingga apabila telah sampai waktu tengah hari, maka mereka pun ælemahÆ untuk mengamalkannya. Lalu mereka diberi pahala oleh Allah swt masing-masing satu qirath (sebuah bagian harta di sorga sebagai balasan).

c. Kemudian diberikan pula kepada ahli Injil (Nasrani), lalu mereka mengamalkan kitab tersebut sampai waktu salat ashar. Dan setelah itu, mereka ælemahÆ untuk mengamalkannya. Maka mereka pun diberi ganjaran oleh Allah swt masing-masing satu qirath.

d. Kemudian diberikan pula kepada kita kitab Al-QurÆan, dan kita mengamalkannya sampai matahari terbenam. Maka Allah swt memberikan ganjaran kepada kita masing-masing dua qirath.

Berkatalah ahli kitab: Wahai Rabb kami, mengapa Engkau beri ganjaran kepada mereka dua qirath, dan Engkau memberi ganjaran kepada kami satu qirath, sedangkan amalan kami lebih banyak daripada mereka? Berkata Rasulullah saw: Allah swt menjawab (sambil bertanya): Apakah Aku berlaku zalim (tidak adil) dalam memberi ganjaran dari amal kalian? Mereka menjawab: Tidak. Allah swt berkata: Itu adalah karunia yang Aku berikan kepada siapa saja yang Aku kehendaki.ö

Persoalan penghitungan umur umat Islam ini memang diselingi pro-kontra. Amin (2002) sendiri mengemukakan keberatan mereka yang kontra. Di antara alasan mereka yang kontra adalah, bahwa memastikan angka-angka hitungan adalah bidÆah. Sedangkan mereka yang pro berpendapat, bahwa keterangan mengenai umur umat Islam tersebut berdasarkan dalil-dalil yang sahih apa adanya dan juga diterangkan oleh para ulama besar.

Misalnya Al-Hafiz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari, juz 4, kitab Al-Ijarah, hal.449 telah menerangkan tentang hadits-hadits umur setiap umat manusia. Di mana hadits-hadits tersebut menunjukkan, bahwa masa umat Islam adalah lebih dari 1000 tahun. Karena, hadits tersebut menerangkan, bahwa umur umat Yahudi adalah sama dengan umur umat Nasrani ditambah dengan umur umat Islam. Sedangkan para sejarawan bersepakat, bahwa umur umat Yahudi adalah sejak diutusnya Nabi Musa as sampai diutusnya Nabi Muhammad saw adalah sekitar 2000 tahun. Adapun masa umat Nasrani adalah 600 tahun. (HR. Bukhari dalam Sahihul Bukhari kitab Manaqib Al-Anshar).

Kemudian Al-Hafiz juga berkata: ôHadits tersebut juga mengisyaratkan tentang pendeknya masa yang tertinggal (sisa) dari umur dunia.ö (ibid, hal 448).

Imam Suyuthi dalam Risalatul-Kasyfi æan Mujawazati Hadzihil Ummah Al-Alfa, hal 206, berkata: ôHadits-hadits hanya menunjukkan, bahwa masa (umur) umat ini (Islam) lebih dari 1000 tahun, dan tambahannya sama sekali tidak lebih dari 500 tahun.ö

Tambahan yang 500 tahun ini juga terdapat dalam hadits marfuÆ dari SaÆad bin Abi Waqash, di mana Rasulullah saw bersabda:

ôSesungguhnya aku berharap, bahwa umatku tidak akan lemah di depan Rabb mereka dengan mengundurkan umur mereka selama setengah hari. Kemudian SaÆad ditanya: Berapakah lamanya setengah hari itu? Ia menjawab: Lima ratus tahun. (HSR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Abu NuÆaim dalam Al-Hilyah. Disahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 1643 dan dalam Al-JamiÆ pada beberapa tempat).

Jadi, jika kita berpatokan kepada hadits-hadits tersebut, maka kita dapat mengambil pelajaran berharga mengenai umur umat Islam ini, yakni kira-kira 1500 tahun. Padahal hari ini kita telah menginjak umur ke 1426H ditambah 13 tahun sebelum hijrah, sehingga umur umat ini sudah mencapai 1439 tahun.
Seandainya usia umat ini sekitar 1500 tahun, maka sisa umur umat ini sekitar satu generasi lagi (61 tahun).

Kajian menunjukkan Yellowstone meletus setiap 600,000 tahun sekali. Letusan terakhir adalah 640,000 tahun lalu.
sudah lewat 40,000 tahun
sisa umur umat ini sekitar satu generasi lagi (61 tahun).

Benang merahnya tarik sendiri.

Supervolcano telah lewat 40,000 tahun dari masa siklusnya untuk meledak
Apakah karena menunggu hadist nabi muhammad SAW (satu generasi lagi)

Wallahu a'lam

Fenomena Awan Aneh

Fenomena awan aneh jadi bahan pembicaraan cukup hangat belakangan ini.
Benarkah awan dengan bentuk tertentu merupakan pertanda akan ada gempa
sekitar seminggu kemudian?

Apa kata Zhonghao Shou si pencipta teori awan gempa?

Ensiklopedia bebas Wikipedia menyebut Shou telah membuat lusinan prediksi
gempa berdasarkan pola awan dalam gambar satelit sejak tahun 1990.Tekanan
dan pergeseran di
daratan bisa menguapkan air jauh sebelum gempa terjadi. Menurut pensiunan
ahli
kimia Cina ini, bentuk awan melalui mekanisme ini menjadi berbeda dengan
awan
biasa.Shou meyakini awan gempa sebagai sebagai tanda dan petunjuk yang
bisa diandalkan. Dia pun menggunakan situs http://quake.exit.com/ sebagai
sarana mempublikasikan prediksi-prediksinya, lengkap dengan gambar satelit
yang menunjukkan bentuk awan gempa.Prediksi gempa berdasarkan awan
gempa yang pertama kalinya dilakukan Shou adalah pada 20 Juni 1990. Ekor
awan
tertuju tepat pada episenter. 18 Jam kemudian, gempa 7,7 magnitude
menghantam
Iran hingga menewaskan sekitar 50 ribu orang."Dari 39 prediksi saya
berdasarkan awan gempa, 14 di antaranya meleset. 5 Dari 14 prediksi itu
meleset karena jendela waktunya kurang besar. Sedangkan 9 lainnya meleset
lantaran tidak berpengalamannya saya dan ketidakmampuan saya untuk
memastikan
pangkal awan gempa secara tepat," sebut Shou dalam situsnya. 39 Prediksinya

itu juga disetorkan Shou ke US Geological Survey.Berdasarkan lebih
dari 100 kasus yang diprediksinya, gempa selalu terjadi dalam kurun waktu
49
hari setelah kemunculan awan gempa.Lalu bagaimana model awan gempa
yang menandakan akan ada gempa bumi? Awan gempa berbentuk garis. Variasinya

bisa seperti mirip ular, garis paralel, gelombang paralel, bulu, pola
radiasi
atau lentera. Yang pasti, ditegaskan Shou, awan gempa bukan seperti awan
biasa.Awan gempa itu berguna bagi Shou untuk memprediksi 3 hal.
Pertama, pangkal atau ekor awan gempa menunjuk posisi retakan di bumi
sehingga
memungkinkan di mana episenternya.Kedua, ukuran awan merefleksikan
tekanan di sekeliling retakan sehingga bisa menjadi indikator seberapa
besar
magnitude gempa.Ketiga, karena biasanya gempa terjadi dalam kurun
waktu 49 hari setelah munculnya awan gempa, sehingga gempa bisa diestimasi
kapan akan terjadi.



Dari sejumlah temuan baru setelah pendaratan ke bulan, terutama dari bahan pembentuknya, kemungkinan besar bulan itu diciptakan oleh manusia zaman prasejarah.

Begitu kita melepaskan diri dari teori evolusi terhadap belenggu kearifan kita, maka kita akan dapat melihat sejumlah besar keadaan yang tidak terbayangkan oleh kita, seperti misalnya dugaan bahwa bulan adalah ciptaan manusia. Di bawah berikut ini adalah keadaan sebenarnya yang ingin kami beritahukan kepada Anda, yaitu membuka belenggu kearifan kita.

Planet Bulan?
Sejak Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius orang-orang terhadap bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang berkumpul bersama di rumah saat hari raya pertengahan musim gugur, dan saat makan kue bulan, begitu menengadahkan kepala melihat rembulan di atas langit, dalam hati pasti merasa penasaran dan bingung. Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini berasal? Dan bingung apa yang sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada masa Dinasti Song yaitu Su Dong Po dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya menyuarakan rasa penasaran dan kerinduan bangsa China terhadap rembulan: Kapan adanya terang bulan? Dengan arak bertanya pada langit cerah. Tidak tahu di istana langit atas sana, hari ini tahun berapakah saat ini?

Setelah antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa permukaan bulan adalah sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu angkasa tak terhingga banyaknya, kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda? Setelah mendarat di bulan, beberapa temuan baru yang didapatkan, malah membuat ilmuwan semakin bingung terhadap asal-usul bulan.

Saat ini pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi sebelum pendaratan di bulan pada waktu itu, bukti–bukti temuan ini bisa membuat pemikiran baru orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan kembali asal mula diri sendiri dan kehidupan, serta alam semesta.

Studi Awal
Sejak zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan pengamatan yang panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang bulat dan menyusut berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi penyair, lebih menjadi pedoman kerja penanaman sawah petani; penanggalan tradisional Tionghoa merupakan penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan, berperiode 28 hari sebagai patokan. Pada masa lampau, orang-orang menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, bulan selalu mengarah pada kita dengan satu permukaan yang sama.
Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan bisa berputar sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama dengan periode perputarannya mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun posisi bulan berada, bulan yang kita lihat dari atas bumi pasti merupakan satu permukaan yang sama, bayang-bayang di atas bulan selalu sejenis yang serupa.

Orang-orang bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama besar dengan matahari. Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun pada kenyataannya apakah sama besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil mengamati suatu fenomena alam yang aneh, mereka menyebutnya dengan istilah “dewa anjing menelan matahari”, di saat itu akan ada benda langit berwarna hitam menutup total matahari, langit siang hari yang terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan kelap-kelip bintang, yaitu “gerhana matahari total” yang dikenal oleh ilmuwan sekarang ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit hitam yang kita lihat adalah bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi matahari, artinya jika dilihat dari bumi, bulan dan matahari sama besarnya.

Belakangan astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis 395 kali lipat jarak bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga persis 395 kali diameter bulan, maka dilihat dari bumi, bulan persis sama besarnya dengan matahari. Diameter bumi adalah 12.756 km, diameter bulan 3.467 km, dan diameter bulan adalah 27%-nya diameter bumi.

Benda langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut sebagai satelit. Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya memiliki satelitnya sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada beberapa planet yang sangat besar, seperti misalnya planet Jupiter, planet Saturnus dan lain sebagainya, mereka juga memiliki satelit yang mengedarinya, diameter satelit mereka sangat kecil dibanding planet itu sendiri. Maka, satelit yang besarnya seperti bulan, sangat unik di dalam sistem tata surya kita. Data-data yang kebetulan ini menyebabkan beberapa astronom mulai memikirkan sebuah masalah, yaitu apakah bulan terbentuk secara alami?

Bebatuan Bulan yang Lebih Tua
Setelah pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan mengambil contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai pengujian, didapatkan data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih mendalam terhadap struktur bulan.

Pertama-tama dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul, didapati bahwa usia bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia bebatuan itu melampaui bebatuan yang paling kuno di atas bumi. Menurut statistik 99% usia bebatuan bulan melampaui 90% bebatuan kuno di atas bumi, usia yang berhasil dihitung adalah sebelum 4,3-4,6 miliar tahun. Ketika membuat analisa terhadap tanah permukaan bulan, didapati masa mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang bahkan lebih awal 1 miliar tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih dari 5 miliar tahun. Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya sistem tata surya kurang lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah di permukaan bulan sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga berpendapat bahwa sulit untuk menjelaskan.

Rongga pada Bulan
Pembuktian kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot yang mendarat di bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan permukaan bulan dengan mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin antariksa, setelah menyatu dengan pesawat antariksa, pesawat pendarat itu dibuang kembali ke permukaan bulan. Alat pengamat gempa yang dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada permukaan bulan, getaran ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama seperti martil memukul lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung dalam waktu yang lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh misalnya, ketika kita memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga, akan mengeluarkan getaran ung… ung… yang terus bergema, sedangkan ketika memukul besi padat, getaran hanya akan bertahan singkat, akan berhenti pada waktu yang tidak lama. Gejala getaran yang terus berlangsung ini membuat ilmuwan mulai membayangkan apakah bulan itu berongga?

Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi adalah gelombang permukaan. “Gelombang bujur” adalah suatu gelombang tembusan, bisa menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan disalurkan ke sisi lainnya. Dan “gelombang permukaan”, sama seperti namanya, hanya bisa menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen kabut bulan yang dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang, sama sekali tidak berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya berupa gelombang permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan membuktikan bahwa bulan itu berongga!

Berlapiskan Unsur Logam
Tidak tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan terlihat potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan hitam yang disebutkan oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor listrik akan membuat sebuah lubang di sana, mereka mendapati bahwa itu adalah pekerjaan yang melelahkan, mengebor dalam waktu yang sangat lama, namun hanya bisa membuat lubang sedikit saja. Dan ini aneh rasanya, permukaan bulan bukankah semestinya terbentuk dari tanah dan bebatuan? Meskipun agak keras, namun tidak semestinya sampai tidak bisa masuk! Ketika dengan cermat dan teliti menganalisa struktur bentuk permukaan bulan pada area itu, ditemukan bahwa sebagian besar adalah suatu komposisi unsur logam yang sangat keras, yaitu unsur logam titanium yang digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan sebuah bola logam yang berongga.

Dalam lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak aneh, yang aneh adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsur logam yang sangat langka di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium dll. Logam-logam ini semuanya sangat keras, tahan panas, anti-oksidasi. Ilmuwan menaksirkan, jika hendak melebur unsur-unsur logam ini, paling tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu derajat, namun bulan adalah sebuah “planet dingin yang mati kesepian” di langit, paling tidak selama 3 miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi. Lalu bagaimana bulan bisa menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan suhu yang tinggi? Lagi pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan seberat 380 kg yang dibawa oleh antariksawan, didapati ternyata mengandung besi dan titanium murni, ini adalah golongan tambang logam murni yang tidak akan ada secara alamiah. Ini menunjukkan bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara alamiah, melainkan hasil leburan manusia.

Penemuan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat bingung para ahli. Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat banyak, namun anehnya, lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan memperhitungkan, jika sebuah planet kecil yang berdiameter 16 km dengan kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan hancur di atas bumi, maka akan mengakibatkan sebuah lubang besar dengan kedalaman berdiameter 4-5 kali lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai 64-80 km. Dan sebuah lubang Kawah Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada permukaan bulan, diameternya 300 km, namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila hitungan ilmuwan tidak ada kesalahan, bebatuan yang mengakibatkan lubang ini jika bertabrakan di atas bumi, akan mengakibatkan lubang besar yang paling tidak kedalamannya 1.200 km!

Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.

Bulan Diciptakan oleh Manusia
Dua ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya, menganggap bahwa bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah mengalami perombakan. Dengan demikian, baru bisa secara sempurna menjelaskan dan menjawab berbagai macam gejala aneh yang ditinggalkan bulan untuk kita.

Hipotesa ini sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan perdebatan, saat ini sebagian besar ilmuwan masih belum berani mengakui teori ini. Namun, kenyataan yang tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan memang benar-benar bukan terbentuk secara alami. Bulan bagaikan mesin yang sangat akurat, setiap hari menghadap bumi dengan segi yang sama, juga persis sama besarnya dengan matahari kalau dilihat sepintas. Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam yang tinggi tingkat kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang kepadatannya tinggi dalam jangka waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti bentuk semula. Jika merupakan sebuah benda langit alamiah, tidak seharusnya memiliki begitu banyak ciri khas yang dibuat manusia.

Diperkuat dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga yang diciptakan manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya dipasang dan diletakkan di atas oleh “manusia”, segala ciri khasnya sekaligus menunjukkan, bahwa bulan diciptkan manusia bumi pada waktu itu. Jika demikian, sebelum adanya bulan, langit malam hari di atas bumi seharusnya sangat gelap gulita. Jika waktu itu di atas bumi ada manusia, lalu pada malam hari dan di atas permukaan bumi yang luas, mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun, maka pantas saja dirancang sebuah cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas langit. Maka wajah atau pemandangan bulan yang paling asli adalah sebuah bola metal, yang tingkat keterangan cahaya pada zaman dahulu pasti lebih terang dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan waktu yang panjang, di bawah kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi sejumlah besar bebatuan kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini. Dan bila saat ini kita menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan, tentu saja mendapati usianya lebih lama dari pada bumi, membuat adanya perasaan sedikit fantastis.

Saat ini terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berani diakui ilmuwan, bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran yang sempit, menganalisa secara rasional akan menemukan banyak sekali fenomena yang sulit untuk dijelaskan namun sebenarnya sangat mudah dipahami. Berdasarkan sejumlah besar bukti yang ditemukan ilmuwan sejak awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah ciptaan manusia, merupakan ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bisa mengambil kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat dikatakan adalah merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan biar pun meneliti begitu banyak bukti dan teori yang tepat, namun saat menemui pandangan yang bertentangan dengan teori evolusi, maka siapa pun tidak berani mengemukakannya.

Padahal eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang sangat tinggi sudah ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis belakangan ini. Sebagai contoh, penemuan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun yang lalu di Republik Gabon, Afrika, yang lebih canggih dari pertambangan reaktor nulir zaman sekarang. Semangat yang menuntut “kebenaran” seyogianya merupakan prinsip tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah melompat keluar dari bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa di antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan terdapat sebuah lompatan yang sangat cepat.

(Sumber buku Prehistoric Civilitation: Inspiration for Mankind)


Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?

Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab --walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak --keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.

Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “'tidak berjambul”' seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.

Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.

Air Zat yang Tidak Biasa

Secara biasa atau sepintas lalu, pernyataan judul di atas tidak biasa. Semua orang akan berkata bahwa air itu adalah zat yang amat biasa. Marilah kita simak! Seperti pernah dijelaskan dalam seri 009, ilmu pengetahuan harus dibina atas landasan Tawhid. Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan itu adalah wahyu, alam dan sejarah. Wahyu berwujud Ayat Qawliyah, alam dan sejarah disebut Ayat Kawniyah. Namun khusus untuk pembahasan mengenai air ini tentu saja sumber informasi yang dipakai adalah wahyu dan alam, karena ruang lingkupnya adalah ilmu eksakta.

Kita mulai dahulu dari sumber informasi wahyu. Berfirman Allah dalam S. Al Anbiyaa' ayat 30: Wa ja'alnaa minalmaai kulla syay.in hayyin, afalaa yu'minuwn., artinya: Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, apakah mereka tidak beriman? Kebenaran wahyu harus diterima dengan iman. Namun untuk memahami wahyu dengan baik, harus memakai akal. Langkah pertama dalam mempergunakan akal adalah memikirkan makna ayat di atas itu. Kalau air itu diciptakan Allah sebagai sumber kehidupan, maka air itu adalah zat yang tidak biasa, artinya sangat istimewa. Lalu bagaimana istimewanya? Untuk menjawabnya haruslah mempergunakan akal untuk langkah berikutnya. Yaitu dalam hal ini kita pergunakan sumber informasi yang kedua, yakni alam. Dan dalam hal ini masuklah kita ke daerah ilmu / sains. Demikianlah metode pendekatan yang dipakai dalam cakrawala: Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu.

Tubuh manusia dalam bentuk bayi di dalam rahim berenang selama 9 bulan dalam air. Kemudian setelah lahir tubuh manusia terdiri atas sel-sel yang hidup. Setiap sel di dalamnya berisi air dengan larutan bermacam-macam zat. Darah kita lebih dari 90 % terdiri dari air. Ginjal terdiri atas sekitar 82 % air. Otot mengandung sekitar 75 % air. Lever 69 % air. Bahkan tulang yang kelihatannya kering terdiri atas 22 % air. Secara keseluruhan tubuh kita terdiri atas 71 % air di takar dalam berat. Dan air ini menguap, mengalir dari permukaan tubuh, dikeluarkan waktu menghembuskan nafas, dan secara sinambung harus diganti agar tetap 71 % untuk dapat mempertahankan hidup dengan ruh di dalam diri manusia.

Tetapi yang disebutkan di atas itu hanya menyangkut dengan tubuh manusia. Ayat di atas menyebutkan kullu syay.in, segala sesuatu. Maka perlu disimak lebih lanjut. Rumus kimia air H2O, berat molekulnya 16. Kita bandingkan dengan 3 saudaranya yang lain: H2Te (Te lambang tellurium), berat molekulnya 129. H2Se (Se lambang selenium) berat molekulnya 80. Dan H2S (S lambang sulfur/belerang) berat molekulnya 34. Jadi air yang teringan di antara ketiga saudaranya itu. Secara logika makin berat makin sukar mendidih. Dan ini benar untuk ketiga saudara air tersebut dan juga untuk saudara-saudara air lainnya. H2Te mendidih pada -4 derajat C, H2Se mendidih pada -42 derajat C, jadi lebih rendah karena lebih ringan, berikut H2S mendidih pada -61 derajat C, lebih rendah lagi karena lebih ringan dari H2Se. Jadi kalau air itu termasuk zat yang biasa, maka titik didihnya akan lebih rendah dari -61 derajat C, karena air lebih ringan dari asam belerang H2S. Tetapi kenyataannya air mendidih pada 100 derajat C.

Jadi Allah menciptakan air secara tidak biasa untuk keprluan hidup makhluk. Dengan titik didih air yang menyimpang itu maka air dalam keadaan udara luar, wujudnya dapat berupa tiga Fase / tingkat: es, air dan uap. Apa peranannya dalam kehidupan makhluk di permukaan bumi. Makhluk tidak dapat minum air, karena jika air itu adalah zat biasa, maka air dalam bentuk cair hanya didapatkan di bawah suhu -61 derajat C. Bukan itu saja, es timbul dalam air. Dan ini juga tidak biasa, karena zat yang lain tenggelam dalam zat cairnya. Coba bayangkan jika Allah SWT menciptakan air itu sebagai zat biasa, artinya es tenggelam dalam air. Di musim dingin air sungai dan danau di tempat yang ada musim dinginnya, air akan membeku dari bawah. Maka makhluk air akan mati semua. Inilah caranya Allah menjaga makhluk air supaya dapat tetap hidup di musim dingin. Air membeku dari atas, sampai cukup tebal, maka lapisan di bawah es tetap cair. Makhluk air berenang-renang dan tetap hidup di bawah lapisan es.

Bukan itu saja, air adalah zat pelarut yang paling rakus. Ini juga tidak biasa. Andaikata Allah menciptakan air dengan sifat biasa, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia tidak mungkin dapat menyerap makanan yang dibutuhkannya, karena seperti kita ketahui makanan yang diserap oleh ketiga makhluk tersebut adalah berupa zat-zat yang larut dalam air.

Bukan itu saja. Air adalah zat yang paling rakus menyerap panas. Sebagai perbandingan bacalah data berkut: Panas penguapan air, 539,55, alkohol 204, asam belerang 122,1, bensin 94,3, terpentin 68,6, semua dalam kal/gr. Sifat rakus panas ini juga tidak biasa. Andai kata air diciptakan Allah dengan sifat biasa, maka bayangkanlah hal berikut: uap air di udara tidak banyak menyerap panas sinar matahari. Maka di siang hari seperti di gurun sahara yang kering udaranya, telur dapat matang di pasir. Di waktu malam dingin menusuk ke tulang sumsum. Keringat yang menguap di badan kita tidak cukup untuk melepaskan panas dari tubuh kita.

Coba bayangkan terus andaikata air membeku dari bawah, maka air akan berkurang. Juga uap air di udara akan berkurang pula. Artinya kita disengat panas di siang hari dan disengat dingin di malam hari, walaupun tidak berada di gurun pasir. Jadi dengan kombinasi ketidak biasaan air: es timbul di air dan air rakus menyerap panas, maka ketidak biasaan air ini mengontrol iklim seperti kedaan sekarang ini, makhluk dapat bertahan hidup.

Bukan itu saja, air mempunyai tegangan permukaan yang paling besar di antara zat yang kita kenal. Akibatnya adalah yang kita kenal sebagai gejala kapilaritas, dan timbulnya tekanan osmotik yang tinggi. Dengan kapilaritas air dapat naik setinggi pohon yang tertinggi di dunia ini. Dan dengan tekanan osmotik yang tinggi, air dapat menembus lapisan akar tumbuh-tumbuhan dan menembus pembuluh darah kita.

Demikianlah Allah menciptakan air sebagai zat yang tidak biasa. Air khusus didisain oleh Allah SWT untuk kehidupan, seperti diinformasikan melalui wahyu dalam S. Al Anbiyaa , ayat 30. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 12 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery' pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang
masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim,kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi "Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun
laayabghiyaan..."Artinya: "Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus." Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai,di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masindari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat
Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi "Yakhruju minhuma lu'lu`u wal marjaan" ertinya "Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur'an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Allahu Akbar...! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air." Bila seorang bertanya, "Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?" Rasulullah s.a.w. bersabda, "Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran."

Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan, Lidahmu basah denganberzikir kepada Penciptamu, Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu, ..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan taubat kepada Dzat
yang Memiliki mu."

Bagaimana alam semesta berawal adalah pertanyaan yang mempesona manusia sepanjang jaman. Pada abad ke16 Copernicus mengemukakan teori bahwa matahari tidak
mengelilingi bumi tapi bumilah yang justru mengelilingi matahari. Dia pun dihukum gantung karena dianggap bertentangan dengan dogma gereja pada waktu itu yang menyatakan bumi sebagai pusat alam semesta. Pada abad ke 17 Galileo Galilei dengan teleskop ciptaannya mampu membuktikan bahwa bumi mengelilingi
matahari.

Pada tahun 1929 Edwin Hubble menciptakan teleskop Hubble di abservatoriumnya di Mountwilson, California. Setelah berbulan-bulan melakukan pengamatan, dia menemukan bahwa bintang-bintang semakin hari menunjukkan warna semakin merah. Dalam hukum Fisika dikenal jika benda semakin menjauhi titik pengamatan akan menunjukkan spectrum merah, sedangkan benda yang mendekati titik pengamatan menunjukkan spectrum biru. Itu artinya benda-benda luar angkasa kian hari semakin
menjauhi satu sama lainnya atau dengan kata lain alam semesta semakin meluas.

Edwin Huble kemudian melakukan perhitungan mundur.Jika benda-benda angkasa semakin menjauh berarti dahulunya benda-benda angkasa bermula dari sesuatu
yang padu (satu) dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut perhitungan yang cermat para ilmuan menyimpulkan bahwa sesuatu yang padu (satu) itu
haruslah bervolume nol. Jika suatu benda bervolume nol itu artinya sesuatu itu berawal dari ketiadaan. Dengan kata lain sesuatu yang padu itu diciptakan. Lalu
muncullah teori yang sangat terkenal yang disebut teori big bang (ledakan besar).

Sebelum Edwin Huble menemukan kenyataan ini, melalui perhitungan yang cermat Albert Einstein sebenarnya telah memperhitungkan bahwa ruang angkasa tidak statis
melainkan terus meluas, tetapi pendapat itu disimpannya karena pada waktu itu pendapat yang mengatakan bahwa alam semesta bersifat statis (tidak berawal dan kekal) sangat populer. Pendapat tentang alam semesta statis ini dikemukakan oleh para pendukung materialisme (atheis).

Walaupun Edwin Huble sudah menemukan kenyataan bahwa alam semesta bersifat meluas para pendukung materialisme tetap tidak mau mengakui adanya kebenaran
ini. Mereka tetap berkeyakinan bahwa alam semesta tidak berawal dan bersifat kekal. Mereka hendak mengingkari adanya penciptaan. Dengan kata lain mereka mengingkari adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Pendapat mereka ini sebenarnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno yang mengatakan bahwa materi tidak berawal dan tidak berakhir. Dengan berbagai cara mereka menyanggah pendapat Edwin Hubble dan Albert Einstein ini. Mereka menyanggahnya dengan metode filsafat yang menimbulkan perdebatan tak berujung.

Di tahun 1948 ahli fisaka Amerika George Gemof mengemukakan seandainya alam semesta ini dulunya adalah satu dan kemudian meledak maka pasti ledakan besar itu meninggalkan sisa-sisa radiasi di ruang angkasa. Pada tahun 1965 dua orang ilmuan Arnold Pengias dan Robert Wilson menemukan sisa-sisa radiasi yang tersebar di ruang angkasa. Atas penemuannya itu, mereka berdua memperoleh hadiah Nobel.

Pada tahun 1989 NASA meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk meneliti tentang gejala radiasi alam semesta. Melalui sensor-sensor yang dipasang disatelit yang disebut sensor kobe mereka menangkap adanya radiasi sisa-sisa ledakan besar yang menyebar
diseluruh ruang angkasa. Penemuan ini menghebohkan dunia dan media masa. Newsweek bahkan dalam sampul majalahnya menulis : Science telah menemukan Tuhan.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking menyebutkan penemuan ini sebagai penemuan terbesar dalam bidang astronomi di abad ini bahkan mungkin sepanjang masa.
Belakangan salah satu dari orang-orang yang menentang adanya tuhan mengaku bahwa mereka mempertahankan pendapat alam statis bukan karena mereka yakin akan
kebenaran pendapat mereka tapi karena berharap pendapat mereka benar sehingga fakta adanya penciptaan dan tuhan dapat mereka sangkal.

Coba simak dua ayat Al-Quran dibawah ini :

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Anbiyaa 21:30)

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa MELUASKANNYA” (Adz zaariyaat 51:47)



Jika Al Quran itu hanyalah karangan Muhammad, lalu mungkinkah 14 abad yang lalu ketika ilmu pengetahuan belum secanggih sekarang, seorang manusia di tengah gurun yang gersang di Arab bisa mengetahui bahwa alam semesta diciptakan dari sesuatu yang padu dan kemudian meluas?