Fenomena awan aneh jadi bahan pembicaraan cukup hangat belakangan ini.
Benarkah awan dengan bentuk tertentu merupakan pertanda akan ada gempa
sekitar seminggu kemudian?
Apa kata Zhonghao Shou si pencipta teori awan gempa?
Ensiklopedia bebas Wikipedia menyebut Shou telah membuat lusinan prediksi
gempa berdasarkan pola awan dalam gambar satelit sejak tahun 1990.Tekanan
dan pergeseran di
daratan bisa menguapkan air jauh sebelum gempa terjadi. Menurut pensiunan
ahli
kimia Cina ini, bentuk awan melalui mekanisme ini menjadi berbeda dengan
awan
biasa.Shou meyakini awan gempa sebagai sebagai tanda dan petunjuk yang
bisa diandalkan. Dia pun menggunakan situs http://quake.exit.com/ sebagai
sarana mempublikasikan prediksi-prediksinya, lengkap dengan gambar satelit
yang menunjukkan bentuk awan gempa.Prediksi gempa berdasarkan awan
gempa yang pertama kalinya dilakukan Shou adalah pada 20 Juni 1990. Ekor
awan
tertuju tepat pada episenter. 18 Jam kemudian, gempa 7,7 magnitude
menghantam
Iran hingga menewaskan sekitar 50 ribu orang."Dari 39 prediksi saya
berdasarkan awan gempa, 14 di antaranya meleset. 5 Dari 14 prediksi itu
meleset karena jendela waktunya kurang besar. Sedangkan 9 lainnya meleset
lantaran tidak berpengalamannya saya dan ketidakmampuan saya untuk
memastikan
pangkal awan gempa secara tepat," sebut Shou dalam situsnya. 39 Prediksinya
itu juga disetorkan Shou ke US Geological Survey.Berdasarkan lebih
dari 100 kasus yang diprediksinya, gempa selalu terjadi dalam kurun waktu
49
hari setelah kemunculan awan gempa.Lalu bagaimana model awan gempa
yang menandakan akan ada gempa bumi? Awan gempa berbentuk garis. Variasinya
bisa seperti mirip ular, garis paralel, gelombang paralel, bulu, pola
radiasi
atau lentera. Yang pasti, ditegaskan Shou, awan gempa bukan seperti awan
biasa.Awan gempa itu berguna bagi Shou untuk memprediksi 3 hal.
Pertama, pangkal atau ekor awan gempa menunjuk posisi retakan di bumi
sehingga
memungkinkan di mana episenternya.Kedua, ukuran awan merefleksikan
tekanan di sekeliling retakan sehingga bisa menjadi indikator seberapa
besar
magnitude gempa.Ketiga, karena biasanya gempa terjadi dalam kurun
waktu 49 hari setelah munculnya awan gempa, sehingga gempa bisa diestimasi
kapan akan terjadi.